Tampilkan postingan dengan label bahan keramik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bahan keramik. Tampilkan semua postingan

Selasa, 20 April 2010

Seni Kerajinan Keramik Bernilai tinggi



Gunawan (42) mencelupkan kuas ke dalam glasir berwarna kuning yang diwadahi baskom di hadapannya. Lempung kering kecoklatan di tangan kirinya pun menanti untuk diwarnai. Setengah langkah lagi lempung kering itu akan merupa Kerajinan Keramik dengan harga tinggi di pasaran.

Gunawan yang akrab dipanggil Igun mengelola usaha Elina Keramik dengan sepupunya, Elina Farida (45), sejak tahun 1996. Dari mulanya sekadar coba-coba, kini usaha kerajinan keramik itu mampu meraup omzet lebih dari Rp 10 juta per bulan. Puluhan orang terlibat di sana.

”Hambatan usaha kerajinan keramik ialah persoalan bahan baku dan pemasaran. Kemauan dan kerja keras menjadi kunci untuk lolos dari segala kesulitan,” ujar Igun.

Di tengah krisis finansial saat ini, Igun mengaku tidak mengalami banyak kesulitan. Sebab, pasar produknya masih lokal. Meskipun bersaing dengan produk impor dari China yang lebih murah, produk Kerajinan Keramik Igun punya pasar dan pelanggan tersendiri.

Igun menghadapi krisis finansial dengan berkaca dari pengalaman krisis moneter 1997. Puluhan usaha kerajinan keramik di Bandung gulung tikar. Namun, Elina Keramik mati-matian bertahan. Mobil dan harta benda pribadi Igun dan Elina pun dikorbankan. ”Jika saat itu kami menyerah, entah bagaimana nasib pekerja kami menggantungkan hidup pada usaha ini,” tuturnya.

Untuk menyiasati utang yang menumpuk, Elina Keramik menjadi rekanan PT Sucofindo. Perlahan-lahan, utangnya pada perusahaan induk berhasil dilunasi. Pada saat daya beli masyarakat tumbuh pada tahun 2000-an, Elina Keramik pun tinggal tancap gas meningkatkan produksi dan pemasaran.

Elina Keramik yang awalnya hanya memiliki satu mesin pembakar keramik (baker) dari utang Rp 4,5 juta, kini bisa menambah dua pembakar ukuran sedang dan besar.

Elina Keramik aktif mengikuti pameran, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk memasarkan kreasinya. Dubai, Malaysia, Jepang, China, dan Afrika Selatan didatangi untuk berpameran.

Puluhan pesanan datang setiap bulannya, baik untuk keperluan suvenir pernikahan, hiasan di hotel, maupun perkakas makan di sejumlah rumah makan di Bandung.

Produk Elina Keramik dijual dari harga belasan ribu rupiah untuk pin keramik mungil sampai guci dan peralatan makan mewah senilai jutaan rupiah.

bantuan-usaha.com

Kamis, 01 April 2010

Kerajinan Keramik Khawatirkan Kenaikan Harga gas



Rencana pemerintah menaikan harga gas untuk industri membuat khawatir perajin keramik di sentra kerajinan keramik Purworejo Klampok Banjarnegara, Jawa Tengah.

Kenaikan tersebut dikhawatirkan bisa memukul Kerajinan Keramik yang sudah ada puluhan tahun tersebut. “Kami masih konsentrasi memperbaiki kinerja usaha kami agar mampu bersaing dengan keramik Cina, jangan sampai ada kenaikan harga gas,” terang Supriyanti, 45 tahun, perajin keramik Usaha Karya saat dihubungi Rabu (31/3).

Supriyanti mengatakan, di Purworejo Klampok ada ratusan perajin yang menggunakan gas untuk membakar keramik mereka. Untuk sekali pembakaran, mereka membutuhkan 300 kilogram gas. Setiap 50 kilogram gas, mereka membelinya Rp 385 ribu. “Itu sudah sangat tipis marjinnya,” katanya.

Ia berharap, jika pemerintah jadi menaikan gas untuk industri, ada subsidi bagi perajin keramik. “Kalau sampai naik 15 persen, akan banyak perajin yang kolaps,” imbuhnya.

Ketua Asosiasi Pengusaha Minuman dan Makanan Banyumas, Gunawan Santoso mengatakan pemerintah sebaiknya melindungi industri kecil dengan tidak menaikan gas bagi industri makanan dan minuman. “Banyak pengusaha yang sudah beralih ke gas tiga kilogram yang dinilai masih murah,” katanya.

Apalagi saat ini gas tiga kilogram harganya sedang turun. Penurunan harga gas tersebut dipicu oleh kebijakan Pertamina yang mengharuskan setiap agen menjual 1.500 tabung dalam satu hari.

Kepala Bagian Perekonomian Sekertariat Daerah Kabupaten Banjarnegara, Basuki Abdullah mengatakan, pemerintah belum mempunyai skema membantu perajin keramik jika harga gas naik. “Kami sebenarnya masih menunggu, jadi atau tidaknya harga gas naik,” katanya.

Menurutnya, pemerintah hanya bisa berupaya untuk meningkatkan daya saing Kerajinan Keramik lokal. Selain itu, promosi kerajinan lokal juga terus ditingkatkan.

tempointeraktif.com