Selasa, 08 Juni 2010

Pahlawan Makanan

Pengakuan dari pemerintah ternyata sulit karena prosedur dan waktu lama. Seorang pahlawan tak jua memperoleh gelar yang layak baginya selama bertahun-tahun. Sebaiknya keluarga pahlawan yang bersangkutan tak usah risau dengan gelar dari negara yang ribet.


Kalau masyarakat telah mengakuinya sebagai pahlawan, hal itu malah lebih berharga daripada dari negara yang mewakili kekuasaan. Soalnya kasus-kasus yang terjadi dalam tulisan ini, berkaitan dengan kepentingan negara sebagai pemilik kekuasaan yang merasa terusik oleh aksi kontroversial mereka. Dewi Sartika, misalnya, hingga sekarang belum diakui sebagai pahlawan nasional. Mengapa? Alasannya hampir sama, karena Dewi Sartika saat itu berdebat panjang dengan Bupati Bandung saat itu untuk mendirikan sekolah perempuan. Sebenarnya aksi kontroversial seperti itu malah memberikan efek perubahan.

Misalnya saja, perubahan pada persepsi akan sebuah cerita sebagai salah satu cara pemberian nilai pada anak-anak. Salah satunya adalah cerita Timun Mas yang diselamatkan oleh pangeran setelah ia berhasil melawan raksasa dengan 3 bekal yang diberi oleh ibunya: garam, jarum dan terasi.


Perempuan memang seharusnya bersikap tangguh dalam menghadapi masalah. Sosok pangeran seharusnya bukan diartikan bahwa perempuan itu lemah atau dikasihani. Ini hanya sebuah bentuk kerjasama antara perempuan dan laki-laki. Jika perempuan telah berhasil menyelesaikan masalahnya, bukan berarti ia lupa pada pasangan. Perceraian yang marak yang sekarang ini disebabkan perempuan telah merasa mampu mengatasi masalah-masalahnya seolah tak butuh siapapun, termasuk pasangan.Perempuan yang pandai memasak memaparkan pengalamannya menyajikan makanan dan minuman yang dinilai enak oleh pasangan akan memberikan kepuasan batin yang lebih daripada masak tanpa pasangan.

Resep tanpa kertas:

http://id.openrice.com/recipe/index.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar